Perokok Lebih BerisikoTerinfeksi Covid-19

Asap Rokok Bikin Bakteri Ini Lebih Agresif

(Chatulistiwa) -  Penelitian menunjukan para perokok lebih berisiko terinfeksi Covid-19. Bahkan banyak pasien meninggal disertai penyakit penyerta atau komorbid yang dipicu kebiasaan merokok. 

Dokter spesialis paru sekaligus ketua Pokja Masalah Rokok Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, dr Feni Fitriani Sp.P(K) mengatakan didalam tubuh manusia ada reseptor yang disebut angiotensin converting enzyme 2 (ACE2). Ini adalah enzim yang menempel pada permukaan luar (membran) sel-sel beberapa organ, seperti paru-paru, arteri, jantung, ginjal, dan usus. Pada perokok jumlah reseptor ACE2 ini lebih banyak 40% hingga 50% dibanding yang bukan perokok

Ketika virus SARS Cov-2 penyebab Covid-19 masuk kedalam saluran pernafasan, ia akan hinggap dan melekat pada ACE-2. Makin banyak ACE 2 dalam tubuh, makin besar pula virus corona ini menempel dan masuk dalam tubuh. Penelitian di Wuhan Tiongkok menemukan pasien positif dan yang meninggal ternyata lebih banyak adalah perokok berat. Inilah yang menyebabkan perokok itu beresiko tinggi terhadap covid-19.

"Merokok meningkatkan reseptor ACE2, yang kita tahu juga menjadi reseptor virus corona penyebab Covid-19. Makin banyak virus corona hinggap di resptor, perokokpun makin besar terkena virus Covid-19", kata dr Feny. 

Selain itu kata dr Feny, kondisi pasien yang terinfeksi Covid-19 akan makin berat apabila diperparah dengan penyakit penyerta atau komorbid atau komplikasi. Komobid seperti hypertensi, diabetes, jantung dan kanker itu ternyata juga merupakan penyakit terkait dengan kebiasaan merokok jangka panjang.

Penelitian yang dilakukan terhadap 9000 pasien menunjukan, perokok lebih banyak terkena infeksi berat. Mereka membutuhkan ventilator karena gagal nafas dan berakhir dengan kematian. 

"Jadi perokok sudah berisiko Covid-19, karena selain lebih banyak ACE2 didalam tubuh, juga karena komorbidnya. Akibatnyapun lebih fatal", tambahnya 

    Asap Rokok Juga Merusak Mata

Semu

Hal ini menurut dr Feny, sekaligus meluruskan disinformasi yang beredar bahwa merokok atau asap rokok bisa membantu meredakan Covid-19. Oleh karena itu dr Feny menghimbau masyarakat untuk berhenti merokok. Berhenti merokok sama dengan mengurangi infeksi dan keparahan akibat Covid-19 . Pada orang yang berhenti merokok jumlah reseptor ACE2 dalam tubuh menurun 30% hingga 40%.

Menurut dr Feny, selama pandemi Covid-19 konsumsi rokok bisa jadi meningkat. Jaga jarak sosial, jarak fisik, tinggal dan bekerja dari rumah. Kehilangan pekerjaan, pendapatan berkurang dan kondisi lain akibat Covid-19 adalah penyebab banyak orang stress. Pada saat seperti inilah rokok bisa jadi dijadikan penghilang sterss atau kejenuhan, terutama bagi mereka yang sudah adiksi.

Kandungan nikotin rokok seolah memberikan rasa nyaman, tetapi itu semu. Karena begitu berhenti merokok, perasaan senang dan nyaman tadi itupun lama kelamaan berkurang dan hilang.

Pada 18 Maret 2020 lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Indonesia mengingatkan masyarakat mengenai kaitan Covid-19 dan perilaku merokok. Perwakilan WHO di Indonesia, Dr N Paranietharan, mengatakan perokok berisiko tinggi untuk penyakit jantung dan penyakit pernafasan, yang merupakan faktor resiko tinggi untuk mengembangkan penyakit parah atau kritis dengan Covid-19. Karena itu perokok di Indonesia berisiko tinggi terkena Covid-19. 

Pernyataan itu sejalan dengan temuan berbagai literatur yang menyebutkan hubungan antara perokok dan karakteristik pasien terinfeksi Covid-19. Diantaranya sekelompok peneliti dari Tiongkok dengan beragam latar belakang institusi, seperti Beijing Institute Of Microbiology and Epidemiology University Of Florida dan Chinese Centre for Discase Control and Prevention. 

Sumber : Suara Pembaruan

Kunjungi Juga :

Orang Luar Biasa

Jaksa Penuntut Penyiraman Yang Viral>

No comments:

Post a Comment